Senin, 02 September 2013

Frederick Russel Burnham, seorang penjelajah dan petualang dari Amerika yang memandu pelacak (scout) Inggris dalam Perang Boer, menggambarkan scout Inggris sebagai “setengah srigala dan setengah jack-rabbit (sejenis kelinci bertelinga dan berkaki panjang, dan dapat bergerak lincah)”.
       Deskripsi tersebut memang cocok untuk menunjukkan karakter seorang sniper di lapangan. Bagi Burnham, serdadu pengintai paling andal adalah serdadu Inggris yang berasal dari Resimen Skotlandia (Highland Regiment) yang dikenal sebagai Lovat’s Scouts. Terbukti, 16 tahun kemudian, sosok “penebang pohon” fenomenal tersebut menjadi prajurit sniper pertama AD Inggris.
            Sniper memiliki bawaan emosi cenderung nekat, namun di sisi lain, ia harus bijak dalam menilai dan mengambil keputusan. Karakter kontradiktif ini jelas membuat pembentukan karakter seorang sniper menjadi suatu hal yang susah-susah gampang. Yang jelas dalam melaksanakan aksi nya, seorang sniper membutuhkan 3 keahlian, yakni; marksmanship (keahlian menembak jitu), fieldcraft (penguasaan medan), dan taktik. Terlepas dari itu, untuk menyandang gelar sniper seseorang harus betul-betul terlahir sebagai sniper secara alamiah dan insting
Bahkan sniper terlatih sekalipun, belum dapat dikatakan sebagai seorang sniper sejati. Yang betul-betul seorang sniper sejati adalah mereka yang memang terlahir sebagai seorang penembak jitu. Ibaratnya, karakter sniper sudah menjadi bawaan dan ada di jiwa mereka. Untuk sekedar menjadi “penembak jitu” itu gampang, namun penembak jitu yang menjalankan misi layaknya sniper, itu adalah perkara lain.
Tak heran jika proses seleksi penembak jitu pun lebih cenderung kepada mengidentifikasi personel dengan potensi terbaik. Terutama dalam aspek attitude (sikap/perilaku) dan perspektif. Soal pengetahuan, dapat ditingkatkan dengan latihan yang intens. Karakter penting yang diperlukan seorang sniper diantaranya:

·         Markmanship.
Seseorang harus memiliki kemampuan penembak tepat sasaran setingkat profesional. Entah itu ia dilatih dalam pendidikan sniper ataupun bakat itu sudah melekat dalam jiwa seseorang. Yang jelas, kemampuan ini merupakan pijakan untuk mencapai tingkat “seorang sniper”.
·         Fieldcraft
Kandidat harus memiliki kemampuan menguasai medan. Sniper harus memperkirakan kemampuan pendukung seperti; pergerakan arah angin, kamuflase, dan observasi. Pengalaman outbond seperti berkemah, berburu, atau arung jeram merupakan pengalaman yang dapat mendukung seseorang menjadi sniper. Terlebih lagi pengalaman berburu atau menambak tepat sasaran, pengalaman ini terbukti merupakan bekal terbaik bagi seorang sniper.
·         Taktis
Perhatian terhadap sejarah kemiliteran yang menggambarkan pentingnya menggunakan taktik dapat memberi keunggulan dalam hal menjiwai hal-hal seperti; hubungan antara tembakan dan manuver, perlindungan dan penyelubungan, serta pemusatan dengan penyebaran.
·         Kondisi Fisik
Kandidat harus kuat dan fit secara fisik, berdaya tahan tinggi dengan penglihatan dan pendengaran yang peka, dan tajam, memiliki daya ingat kuat, serta cepat dalam bereaksi. Penembak jitu yang fit, tentunya dapat lebih kuat memegang senjata, memiliki otot yang kuat dalam menahan tolak balik senapan, dan dapat menahan beban tanpa kenal lelah.
·         Kepandaian dan Kepribadian
Seorang sniper membutuhkan kepandaian tingkat tinggi untuk dapat mengerti dan menerapkan kerumitan dalam hal balistik, seperti penyesuaian terhadap rifle scope (pembidik senapan), merencanakan misi, ataupun mengecoh lawan. Selain itu seseorang harus bijak dan tetap dingin meski terdesak dibawah tekanan, memiliki pembawaan tenang, dan tidak mudah terpancing emosi.
·         Tidak merokok
Ini merupakan nilai plus bagi seorang sniper. Sama halnya seperti jika ia tidak meminum minuman beralkohol ataupun terlalu sering mengkonsumsi kopi. Intinya, menjauhi semua yang bisa mempengaruhi performa sniper pada kondisi tertentu di lapangan. Bayangkan jika seorang sniper tak tahan untuk tidak merokok saat mengintai targetnya.
·         Kondisi Psikologis
Kebanyakan seorang penembak jitu menjadi sniper karena mereka percaya diri, bangga akan kemampuan mereka, dan ingin menjadi yang terbaik. Mereka hanya ingin bertempur secara individu sehingga hanya mengandalkan nasib mereka terhadap diri mereka sendiri. Dalam kasus tertentu, misi sniper bisa membangkitkan pemikiran-pemikiran yang salah seperti membunuh untuk kesenangan. Karenanya, dibutuhkan kondisi psikologis yang stabil untuk menjadi seorang sniper.
·         Rela berkorban dan Tidak mengeluh
Seorang sniper harus rela menjalankan misi-misi yang sulit, dan menjalankan misi-misi yang tidak nyaman. Seperti menjalankan misi di lingkungan yang becek atau berlumpur, menjalankan misi dibawah guyuran hujan lebat, ataupun menjalankan misi di atas panasnya terik matahari yang menyengat. Intinya, mereka tidak mengeluh dalam melaksanakan tugasnya dimanapun dan kapanpun mereka ditugaskan. Selain itu, mereka juga dituntut untuk rela berkorban.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar